UJI KUALITATIF VITAMIN C - LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
LAPORAN PRAKTIKUM UJI KUALITATIF VITAMIN C
MATA KULIAH BIOKIMIA TANAMAN
Dosen Pengampu:
Inti Mulyo Arti, S.TP., M.Sc.
Asisten Praktikum:
Siti Setya Wati
Disusun oleh kelompok 1 :
Desi Agustin (41418764)
Firmansyah (42418771)
Khansa Sulthanah Rumi (43418673)
Muhammad Muharom Waliyullah (44418763)
Salsabila Dian Safitri (46418478)
Tabitha Natalia Harisma (46418961)
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2019
BAB 1
1.1 Latar Belakang
Vitamin C atau asam askorbat adalah komponen
berharga dalam makanan karena berguna sebagai antioksidan dan mengandung
khasiat pengobatan (Sandra G.,1995). Vitamin C mudah diabsorpsi secara aktif,
tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila di konsumsi mencapai 100 mg
sehari. Jumlah ini dapat mencegah terjadinya skorbut selama tiga bulan.
Tanda-tanda skorbut akan terjadi bila persediaan di dalam tubuh tinggal 300 mg.
Konsumsi melebihi taraf kejenuhan akan dikeluarkan melalui urin.
Vitamin C pada umumnya hanya terdapat di dalam
pangan nabati, yaitu sayur dan buah seperti jeruk, nenas, rambutan, papaya,
gandaria, tomat, dan bawang putih (Allium sativumL) (Almatsier.,
2001). Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen
interseluler.Kolagen merupakan senyawa protein yang banyak terdapat dalam
tulang rawan, kulit bagian dalam tulang, dentin, dan vasculair endothelium.
Asam askorbat sangat penting peranannya dalam proses hidroksilasi dua asam
amino prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidroksilisin.Penetapan
kadar Vitamin C dalam suasana asam akan mereduksi larutan dye membentuk larutan
yang tidak berwarna. Apabila semua asam askorbat sudah mereduksi larutan dye
sedikit saja akan terlihat dengan terjadinya perubahan warna (merah jambu).
Maka dari itu diadakanlah praktikum ini guna
mengetahui kandungan vitamin c pada beberapa sample dalam praktikum ini.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui analisis kadar vitamin c pada
sample yang digunakan
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Vitamin
C
Vitamin
C adalah vitamin yang tergolong vitamin yang larut dalam air. Sumber Vitamin C
sebagian besar tergolong dari sayur-sayuran dan buah-buahan terutama
buah-buahan segar. Asupan gizi rata-rata sehari sekitar 30 sampai 100 mg
vitamin C yang dianjurkan untuk orang dewasa. Namun, terdapat variasi kebutuhan
dalam individu yang berbeda (Sweetman, 2005).
Asam
askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai
karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat disintesis
dari D-glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian
besar hewan. Vitamin C terdapat dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam
askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam dehidro askorbat (bentuk
teroksidasi). Oksidasi bolak-balik L-asam askorbat menjadi L-asam
dehidro askorbat terjadi apabila bersentuhan dengan tembaga, panas, atau
alkali (Akhilender, 2003).
Vitamin
C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh. Pertama, fungsi vitamin C adalah
sebagai sintesis kolagen. Karena vitamin C mempunyai kaitan yang sangat penting
dalam pembentukan kolagen. Karena vitamin C diperlukan untuk
hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin yang
merupakan bahan penting dalam pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa
protein yang mempengaruhi integritas struktur sel di semua jaringan ikat,
seperti pada tulang rawan, matriks tulang, gigi, membrane kapiler, kulit dan
tendon. Dengan demikian maka fungsi vitamin C dalam kehidupan sehari-hari
berperan dalam penyembuhan luka, patah tulang, perdarahan di bawah kulit dan
perdarahan gusi. Asam askorbat penting untuk mengaktifkan enzim prolil
hidroksilase, yang menunjang tahap hidroksilasi dalam pembentukan
hidroksipolin, suatu unsure integral kolagen. Tanpa asam askorbat, maka serabut
kolagen yang terbentuk di semua jaringan tubuh menjadi cacat dan lemah. Oleh
sebab itu, vitamin ini penting untuk pertumbuhan dan kekurangan serabut di
jaringan subkutan, kartilago, tulang, dan gigi (Guyton, 2007).
Penelitian
menunjukkan bahwa vitamin C memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya aterosklerosis.
Vitamin C mempunyai hubungan dengan metabolisme kolesterol. Kekurangan vitamin
C menyebabkan peningkatan sintesis kolesterol. Peran Vitamin C dalam metabolism
kolesterol adalah melalui cara: 1) vitamin C meningkatkan laju kolesterol
dibuang dalam bentuk asam empedu, 2) vitamin C meningkatkan kadar HDL,
tingginya kadar HDL akan menurunkan resiko menderita penyakit aterosklerosis,
3) vitamin C dapat berfungsi sebagai pencahar sehingga dapat meningkatkan
pembuangan kotoran dan hal ini akan menurunkan pengabsorbsian kembali asam
empedu dan konversinya menjadi kolesterol (Khomsan, 2010)
2.2 Jeruk
Nipis
Jeruk nipis merupakan
jenis tumbuhan yang masuk kedalam suku jeruk-jerukan, tersebar di India, Mexico, dan Florida dikenal juga sebagai jeruk
pecel. Pohon jeruk nipis dapat mencapai tinggi 3—6 meter, bercabang banyak
dan berduri, daun lonjong, tangkai daun bersayap kecil. Perbungaan muncul dari
ketiak daun dan bunga kecil, putih berbau harum. Buah bulat sampai bulat telur,
berwarna hijau sampai kuning dan kulit buah tipis mengandung banyak minyak atsiri. Daging buah berwarna
putih kehijauan, sangat asam, mengandung banyak vitamin C dan asam sitrat. Biji
banyak, kecil, bersifat poliembrioni (Sadhily,
2010 )
Klasifikasi
tanaman jeruk nipis
Kelas
: Magnopliopsida
Ordo
: Sapindales
Famili
: Rutaceae
Genus
: Citrus
Spesies
: Citrus aurantium
Jeruk
(Citrus sp) adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. China di
percaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Balai Pelitian Tanaman Jeruk
dan Buah Subtropika (Balitjestro), Badan litbang Pertanian di Malang telah
mengumpulkan lebih kurang 160 jenis jeruk yang dieksplorasi mulai dari Sabang
sampai Merauke serta beberapa jenis jeruk import. Beberapa jenis jeruk
diantaranya adalah jeruk keprok Tejakula, Sipirok, Kacang, Siam Banjar, Siompu,
Simadu, Bali Merah, Crifta 01, Jemari Taji,
Pamelo Ratu, Raja, Magetan, Sri Nyonya, Nambangan, jeruk manis Pacitan dan
lain-lainnya dan dapat tumbuh dan berproduksi di Indonesia mulai dari dataran
rendah sampai dataran tinggi, baik dilahan sawah maupun tegalan. Dari semua
jenis jeruk tersebut, jeruk siam, jeruk baby, jeruk keprok, jeruk Bali, jeruk
nipis dan jeruk purut merupakan jenis jeruk lokal paling banyak dibudidayakan
di Indonesia. Sedangkan jeruk yang diintroduksi paling banyak adalah jenis
Lemon dan Grapefruit. Sekitar 70-80% pertanaman jeruk di Indonesia adalah jeruk
siam, sedangkan jenis jeruk lainnya adalah jeruk keprok, dan pamelo (Badan
Litbang Pertanian 2005).
2.3 Tomat
Tomat
(Solanum lycopersicum) merupakan salah satu tanaman yang sangat dikenal oleh
masyarakat Indonesia. Namun pemanfaatannya hanya sebatas sebagai lalap dan
bahan tambahan dalam masakan. Kandungan senyawa dalam buah tomat di antaranya
solanin (0,007 %), saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat, bioflavonoid
(termasuk likopen, α dan ß-karoten), protein, lemak, vitamin, mineral dan
histamin (Canene, 2004). Tomat mengandung komponen nutrisi terutama kaya akan
vitamin dan mineral. Dalam satu buah tomat segar ukuran sedang (100 gram)
mengandung sekitar 30 kalori, 40 mg vitamin C, 1500 SI vitamin A, 60 ug tiamin
(vitamin B), zat besi, kalsium dan lain-lain. komposisi zat gizi yang
terkandung di buah tomat cukup lengkap. Vitamin A dan C merupakan zat gizi yang
jumlahnya cukup dominan dalam buah tomat. Vitamin C dapat berbentuk sebagai
asam L-askorbat dan asam L-dehidroaskorbat yang keduanya mempunyai keaktifan
sebagai vitamin C (Jungs, 1997)
Kandungan
vitamin C yang cukup tinggi pada tomat berperan untuk mencegah penyakit
sariawan, memelihara kesehatan gigi dan gusi, mempercepat sembuhnya luka serta
mencegah kerusakan atau pendarahan pada pembuluh darah halus. Senyawa likopen
dapat menurunkan risiko terkena kanker, terutama kanker prostat, lambung,
tenggorokan dan kanker usus besar. Kandungan asam klorogenat dan asam p-kumarat
di dalam tomat mampu melemahkan zat nitrosamin penyebab kanker (Tri Dewanti,
2010)
Tomat ( Lycopersicon esculentum
Mill atau Solanum lycopersicum ) adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae,
tumbuhan asli asal Amerika tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat
merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3
meter. Tumbuhan ini memiliki buah berwarna hijau, kuning dan merah yang biasa
dipakai sebagai sayur dalam masakan atau dimakan secara langsung tanpa
diproses. Tomat memiliki batang dan daun yang tidak dapat dikonsumsi karena
masih sekeluarga dengan kentang dan terung yang mengandung alkaloid ( Smith,
1994 )
Tomat memiliki berbagai vitamin
dan dan senyawa fungsional yang baik bagi kesehatan, salah satunya adalah
likopene. Tomat mengandung lemak dan kalori dalam jumlah rendah, bebas
kolesterol, merupakan sumbar serat dan protein yang baik. Selain itu, tomat
kaya akan vitamin A dan vitamin C, beta karoten, kalium dan likopene (Cahyono, 2008)
Klasifikasi tanaman toamt
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Solanales
Famili
: Solanaceae
Genus
: Lycopersicon
Spesies
: Lycopersicon esculentum Mill atau Solanum lycopersicum
2.4 Kentang
Kentang
(Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting
di Indonesia dan sumber karbohidrat ke empat di dunia setelah gandum, beras dan
jagung. Selain sebagai sumber karbohidrat, kentang juga memiliki kandungan
nutrisi lain yang cukup tinggi, diantaranya protein, mineral dan asam amino,
dan beberapa vitamin seperti vitamin A, vitamin B komplek serta vitamin C.
Kandungan vitamin C pada kentang dapat mencukupi setengah kebutuhan per hari
bagi orang dewasa dan lebih tinggi dibandingkan dengan padi dan gandum.
Perbandingan protein terhadap karbohidrat yang terdapat di dalam ubi kentang
lebih tinggi daripada biji serealia dan ubi lainnya. Kandungan asam amino ubi
kentang juga seimbang, sehingga sangat baik bagi kesehatan (Kusmana, 2004).
Tanaman
kentang (Solanum tuberosum L.) menghasilkan umbi sebagai komoditas sayuran yang
diprioritaskan untuk dikembangkan dan berpotensi untuk dipasarkan di dalam
negeri dan diekspor. Tanaman kentang merupakan salah satu penunjang program
diversifikasi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat (Rusiman, 2008).
Penampakan umbi kentang dapat dilihat pada Gambar 1. Taksonomi
tumbuhan-tumbuhan, kentang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom :
Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Tubiflorae Famili :
Solanaceae Genus : Solanum Spesies : Solanum tuberosum L (Almatsier. 2001)
Perbandingan
protein terhadap karbohidrat umbi kentang lebih tinggi daripada biji serealia
dan umbi lainnya. Selain itu, kandungan asam amino pada kentang juga seimbang,
sehingga sangat baik bagi kesehatan (Rusiman 2008). Umbi kentang tidak
mengandung lemak, kolesterol, namun mengandung karbohidrat, sodium, protein,
vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi, serta kandungan vitamin B6 yang
cukup tinggi jika dibandingkan dengan beras (Rusiman, 2008).
Nilai
kandungan gizi kentang per 100 g adalah sebagai berikut energi 83 kkal,
karbohidrat 19 g, pati 15 g, diet serat 2,2 g, lemak 0,1 g, protein 2 g, air 75
g, vitamin B1 0,08 mg, vitamin B2 0,03 mg, vitamin B3 1,1 mg, vitamin B6 0,25
mg, vitamin C 20 mg, kalsium 12 mg, besi 1,8 mg, magnesium 23 mg, fosfor 57 mg,
kalium 421 mg, dan sodium 6 mg (Godam, 2012)
BAB
III
METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 11
November 2019 di Laboratorium Menengah Kampus F7 Universitas Gunadarma pada
pukul 10.00 sampai dengan selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang kami gunakan dalam praktikum ini guna
memperlancar kegiatan praktikum ini, sebagai berikut :
3.2.1
Alat
1. Pisau
2. Talenan
3. Alat
tulis
4. Mortar
5. Serbet
6. Handphone
7. Pipet
tetes
8. Tabung
ukur
3.2.2
Bahan
1. Tomat
2. Kentang
3. Jeruk
nipis
4. Vitamin
C
5. Betadine
3.3 Prosedur Kerja
1.
Menyiapkan alat dan bahan
2.
Menghaluskan bahan menggunakan mortar
3.
Memeras bahan yang telah dihaluskan
menggunakan serbet
4.
Menaruh iodine pada tabung ukur sebanyak
1 ml
5.
Meneteskan bahan ke tabung ukur yang
telah di berikan iodin
6.
Mengamati apakah ada perubahan warna
pada setiap tetesan bahan terhadap iodin tersebut
7.
Memfoto seluruh tahap yang dilakukan
3.4 Diagram Alir
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
NO
|
HASIL
|
KETERANGAN
|
1
|
Kentang
|
Uji kadar
Vitamin C pada kentang tidak terlihat perubahan warna seperti warna air control, yang mana telah
dilakukan 200 tetesan dari air kentang seperti pada tetesan larutan tomat
sehingga disimpulkan bahwa pada kentang tidak terdapat kandungan Vitamin C.
|
2
|
Tomat
|
Uji kadar
Vitamin C pada tomat terlihat perubahan warna seperti warna pada air control,
untuk mencapai perubahan tersebut dibutuhkan 200 tetes air tomat sehingga
terlihat bahwa tomat mengandung Vitamin C.
|
3
|
|
Uji kadar
Vitamin C pada jeruk nipis terlihat perubahan warna seperti warna pada air
control, untuk mencapai perubahan tersebut dibutuhkan 210 tetes air tomat
sehingga terlihat bahwa jeruk nipis mengandung Vitamin C.
|
4.2
Pembahasan
Vitamin
C merupakan asam askorbat, senyawa kimia yang larut dalam air (Perricone,
2007:117). Vitamin C memiliki banyak manfaat dalam tubuh, sehingga supplement
Vitamin C banyak ditemukan di pasaran. Namun, tanpa supplement tersebut pun
tubuh dapat memenuhi kebutuhan Vitamin C dengan mengkonsumsi buah-buahan. Dalam
pengujian ini menggunakan betadine sebagai indikator keberadaan Vitamin C. Pada
kemasan betadine tertera bahwa betadine mengandung povidone iodine 10% yang
setara dengan iodine 1%. Iodine ini lah yang sebenarnya menjadi indikator,
karena reaksi asam askorbat dalam Vitamin C dengan iodin akan menghilangkan
warna dari iodin.
Setelah
dilakukan pengujian, kandungan Vitamin C paling tinggi terdapat pada Jeruk
Nipis dengan 210 tetes air jeruk nipis, sedangkan yang paling rendah adalah
Tomat dengan 200 tetes air tomat. Komposisi zat gizi buah tomat dalam 100 gram
adalah 1 gram Protein, 4,2 gram Karbohidrat, 0,3 gram Lemak, 5 mg Kalsium, 27
mg Fosfor, 0,5 mg Zat Besi, 1500 SI Vitamin A (karoten), 60 µg Vitamin B
(tiamin), dan 40 mg Vitamin C (Yani dan Ade, 2004). Air buah jeruk nipis
mengandung vitamin C, zat besi, kalium, gula, dan asam sitrat. Buah ini cocok
dikonsumsi oleh segala usia (Rukmana, 2003).
Kentang
tidak menunjukkan reaksi antara Vitamin C dan iodin, tetapi malah menunjukkan
reaksi antara amilum dengan iodin yang menunjukkan warna gelap. Terbentuknya
warna gelap pada air kentang dikarenakan amilum pada kentang bereaksi dengan
iodin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Awan (2011) bahwa iodin yang
ditambahkan mengakibatkan perubahan warna pada sampel. Amilum pada air kentang
setelah diperas akan memudahkan iodin masuk dengan mudah,
BAB
V
5.1. kesimpulan
Dari
praktikum kali ini dapat di simpulkan bahwa pada kentang, tomat, dan jeruk nipis
memiliki ph yang berbeda- beda sesuai kandungan masing – masing keasaman. untuk
total keasaman jeruk nipis memiliki total asam paling tinggi dari tomat dan
kentang. Kadar vitamin c dalam suatu bahan cpeat berkurang. Karena sifat
vitamin c mudah sekali terdegradasi oleh temperatur, cahaya dan udara.
Penurunan kadar vitamin c disebut oksidasi
5.2. saran
Diharapkan
kepada mahasiswa pada saat dosen atau asisten praktikum menjelaskan teori
praktikum dimohon perhatikan agar dapat memahami langkah – langkah praktikum
DAFTAR
PUSTAKA
Akhilender. 2003. Dasar-Dasar Biokimia I. Erlangga,
Jakarta.
Almatsier S. 2001. Prinsip
Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Awan, Rry. 2012. Reaksi Uji
Karbohidrat (Praktikum Biokimia).
http://pemula-awaliharimu.blogspot.com/2012/10/reaksi-uji-karbohidrat-
praktikum.html. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar
Badan
Litbang Pertanian. 2005. Prospek dan arah
Pengembangan Agribisnis Jeruk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian. 39 h.
Cahyono, B. 2008. Tomat
Usaha Tani Dan Penanganan Pascapanen. Kanisius : Yogyakarta
Canene-Adams
K., Clinton, S.K., King, J. L., Lindshield, B. L., Wharton C., Jeffery, E.
& Erdman, J. W. Jr. 2004. The growth
of the Dunning R-3327-H transplantable prostate adenocarcinoma in rats fed
diets containing tomato, broccoli, lycopene, or receiving finasteride treatment.
FASEB J. 18: A886 (591.4).
Godam.
2012. Isi Kandungan Gizi Nasi.
http://keju.blogspot.com/1970/01/isikandungan-gizi-nasi-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html.
Diakses pada tanggal 22 November 2019
Guyton,
A . C . 2007. Biokimia untuk Pertanian.
USU-Press, Medan
Jung,
H.C. and Wells, W.W. 1997. Spontaneous
Conversion of L-Dehydroascorbic Acid to L-Ascorbic Acid and L-Erythroascorbic
Acid. Biochemistry & Biophysic Article. 355:9-14.
Khomsan,
Ali. 2010. Pangan dan Gizi untuk
Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Kusmana
dan R.S. Basuki. 2004. Produksi dan Mutu Kentang (Solanum tuberosum L.) dan
Kesesuaiannya sebagai Bahan Baku Kentang Goreng dan Keripik. J. Hort. 14 (4) :
246-252.
Perricone,
N. 2007. The Perricone Prescription.
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
Rusiman. (2008).
Fisiologi Buah. Gallery Pustaka.
Rukmana, R. 2003. JERUK NIPIS,
Prospek Agribisnis, Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius.
Smith,
C., Smith, M., dan Sinclair, A. 1997. Gene Expression during Gonadogenesis in
Chicken Embryo. Gene 234:395-402
Sweetman,
S.C., 2005. Martindale: The Complete Drug Reference, 34th ed. Pharmaceutical
Press, London, pp. 84-85
Tri
Dewanti Ir.W., M.Kes, dkk. 2010. Aneka
Produk Olahan Tomat Dan Cabe. Malang: Universitas Brawijaya.
Yani T & Ade Iwan S. 2004.
Tomat : Pembudidayaan Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta
Komentar
Posting Komentar